Bukan Untuk Kita Bertiga

Chapter 1 : Pertemuan di Kafe Kampus

Suara gemericik air mancur di tengah kafe kampus menyatu dengan denting sendok yang sesekali menyentuh cangkir keramik. Rani menatap layar laptopnya dengan alis berkerut, jemarinya menari di atas keyboard seperti pianis yang gugup. ‘Deadline tinggal dua minggu lagi’, batinnya sambil menyentuh cangkir kopi yang sudah setengah dingin.

Dira duduk di seberangnya, matanya bolak-balik antara buku tebal bergambar otak manusia dan catatan warnanya yang rapi. "Aku masih tidak paham bagian neurotransmiter ini," keluhnya sambil menyenderkan kepala ke kursi, rambut ikalnya bergoyang pelan.

"Santai aja, Dir. Kalau otak kita rusak, tinggal transplantasi aja gitu?" Aldo tiba-tiba menyela sambil menjatuhkan diri di kursi di antara mereka, membawa tiga gelas minuman coklat beruap. Aroma kayu manis hangat langsung menyebar. "Special order buat kalian - hot chocolate extra whipped cream. Sudah pasti lebih enak dari teori Freud manapun."

Rani menyunggingkan senyum kecil. Lelucon Aldo selalu datang di saat yang tepat, seperti painkiller alami untuk stres mereka. Dari balik kacamata bulatnya, ia mengamati keramaian kafe - mahasiswa lain dengan wajah-wajah lelah tetapi bersemangat, tumpukan buku di setiap meja, dan jendela besar yang memamerkan langit sore berwarna peach.

"Kalau kalian sudah lulus nanti mau kemana?" tanya Dira tiba-tiba, jarinya memutar-mutar sedotan di gelas. Pertanyaan itu menggantung di udara seperti daun yang tertahan angin.

Aldo mengangkat bahu. "Aku mungkin akan keliling dulu, cari inspirasi buat novel. Atau mungkin jadi barista kayak si Mas di counter itu - lihat tuh, dia bisa bikin latte art bentuk daun pakai satu gerakan tangan!"

"Aku..." Rani berhenti sejenak, jarinya mengetuk-ngetuk meja kayu yang dingin. "Aku ingin kerja di perusahaan riset, tapi..." Suaranya mengecil. "Tapi takut tidak bisa bersaing."

Dira segera meraih tangan Rani. "Kamu juara olimpiade sains waktu SMA, lupa? Perusahaan mana yang tidak mau orang secerdas kamu?" Sentuhannya hangat, berbeda dengan meja kayu yang terus membuat jari Rani gemetar.

Sore itu, di antara tawa karena lelucon Aldo yang semakin absurd, pertukaran catatan kuliah, dan suara mesin kopi yang berdesing, mereka tanpa sadar menciptakan ritual baru. Setiap kali salah satu dari mereka mulai panik, yang lain akan segera menyodorkan camilan atau mengalihkan percakapan ke kenangan konyol masa lalu.

Ketika matahari mulai tenggelam dan bayangan panjang mulai menyapu lantai kafe, Aldo tiba-tiba berdiri. "Coba lihat ke luar!" katanya sambil menunjuk jendela. Langit berubah menjadi kanvas warna ungu dan jingga, seperti lukisan impresionis yang hidup. "Ini pertanda bagus, kayaknya besukan kita bakal bisa ngerjain bab metodologi dengan lancar."

Rani dan Dira tertawa, tapi di dalam hati mereka, ada sesuatu yang hangat mulai tumbuh - keyakinan bahwa apapun yang terjadi setelah kelulusan nanti, mereka tidak akan menghadapinya sendirian.

Hot Novel

Check Out Novel Terbaru

View All

Si Bodoh yang Jenius

Jojo, cowok pintar yang sombong, awalnya menertawakan Maria, siswi baru cantik keturunan Chinese yang bodoh dalam pelajaran. Namun setelah dipasangkan untuk belajar bersama, Jojo perlahan kagum dengan kerja keras Maria. Maria yang dulunya selalu gagal, kini semakin berkembang berkat bimbingan Jojo. Senyuman dan semangat Maria membuat hati Jojo goyah. Semakin lama, Maria tidak hanya belajar dengan baik, tapi juga menanjak pesat hingga membuat Jojo terancam. Dari hubungan guru–murid kecil-kecilan, hubungan mereka berkembang menjadi persahabatan hangat yang penuh ketegangan batin karena persaingan.

read more

Lolongan Terakhir di Hutan Kelam

Di sebuah desa terpencil dekat hutan, serangkaian kematian brutal terjadi. Hewan ternak dan manusia ditemukan tewas dengan tubuh tercabik. Arman, seorang pemuda desa, mulai menemukan bahwa keluarganya terikat kutukan manusia serigala. Saat ayahnya berubah menjadi monster, rahasia kelam keluarga terkuak. Arman harus melawan bukan hanya ayahnya, tapi juga roh serigala purba yang berusaha mengambil alih tubuhnya. Dengan pisau bulan, ia berusaha menghentikan kutukan, namun setiap langkah justru menyeretnya semakin dalam ke dalam kegelapan.

read more

Sehabis Mencintai, Aku Belajar Melepaskan

Kisah Rania bermula dari cinta yang begitu dalam, namun meninggalkan luka yang menghancurkan. Ia berusaha bangkit di tengah kebingungan, dihadapkan pada pilihan antara Adi—cinta lama yang kembali meminta kesempatan—dan Damar, sahabat yang tulus namun diam-diam mencintainya. Di perjalanan, Rania menemukan bahwa hidup bukan hanya tentang bertahan pada kenangan, tapi juga berani membuka pintu baru. Apakah Rania akan memilih cinta yang pernah menyakitinya, atau cinta baru yang penuh ketenangan?

read more

Kucing

kucing menjadi harimau

read more

hello

berubah mentality kucing

read more

30 menit

Novel ini menceritakan pengandaian dari rani jika saja 30 menitnya lebih baik

read more

Primadona Mengejar Pecundang

Dita, primadona dan peringkat pertama SMA Permata Kasih, awalnya menganggap Zeno sebagai siswa bodoh tak berguna. Namun saat melihat keteguhan dan potensi tersembunyi Zeno, ia justru berbalik jatuh hati dan bertekad membimbingnya. Tak disangka, Zeno bukan hanya menyusulnya, tapi mengalahkannya—baik dalam pelajaran, maupun dalam permainan perasaan......

read more