Bisikan di Kamar Kosong
Chapter 3 : Bab 3: Ketukan dalam Kegelapan
Dinda terbangun dengan kaget, jantungnya berdegup kencang seperti baru saja berlari maraton. Suara ketukan yang keras dan berirama dari lemari di sudut kamar memecah kesunyian malam. Dia menggosok matanya, berharap itu hanya mimpi buruk, tapi ketukan itu terus berlanjut, semakin keras dan semakin cepat.
Dia duduk di tempat tidur, mencoba untuk mengumpulkan keberanian. Cahaya bulan yang masuk dari jendela kecil hanya memberikan sedikit penerangan, membuat bayangan-bayangan di dinding terlihat lebih hidup dan mengancam. Bau busuk yang menyengat mulai memenuhi kamar, membuatnya merasa mual. Bau itu seperti campuran antara daging busuk dan darah kering, sesuatu yang tidak mungkin dia abaikan.
Dinda merasakan keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya. Dia mencoba untuk tetap tenang, tapi ketukan itu terus berlanjut, seolah ada sesuatu yang ingin keluar dari lemari itu. Matanya tertuju pada lemari kayu tua di sudut kamar, yang sekarang tampak seperti gerbang menuju dunia lain yang gelap dan menakutkan.
Dengan langkah yang gemetar, Dinda bangkit dari tempat tidur, berjalan perlahan menuju lemari itu. Setiap langkahnya terasa berat, seperti ada sesuatu yang menahan tubuhnya. Ketukan itu semakin keras, seolah memperingatkannya untuk tidak mendekat. Tapi, Dinda tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. Dia harus tahu apa yang ada di balik pintu lemari itu.
Ketika dia sampai di depan lemari, tangannya bergetar saat meraih gagang pintu. Bau busuk itu semakin menyengat, membuatnya merasa seperti akan pingsan. Dengan napas yang berat, dia menarik gagang pintu itu dan membukanya perlahan.
Yang dia lihat membuat darahnya membeku. Isi lemari itu hancur berantakan, seperti ada sesuatu yang merobek dan mencabik-cabiknya. Tapi, yang paling menakutkan adalah apa yang ada di tengah kekacauan itu: sebuah bercak darah segar yang masih menetes ke lantai. Dinda merasa seperti tidak bisa bernapas, matanya terbuka lebar karena ketakutan.
Dan kemudian, dia mendengarnya. Bisikan-bisikan itu kembali, kali ini lebih keras dan lebih jelas, seolah ada seseorang yang berbisik tepat di telinganya. Nada suaranya penuh dengan ancaman, membuat bulu kuduknya berdiri. Dinda mundur ketakutan, tapi bisikan itu terus mengikutinya, seolah ada yang tidak ingin dia pergi.
Dia berbalik dan berlari ke pintu kamar, mencoba untuk melarikan diri dari kos-kosan itu. Tapi, ketika dia mencoba untuk membuka pintu, pintu itu terkunci. Dinda menarik gagang pintu dengan panik, tapi tidak ada gunanya. Pintu itu tidak akan terbuka. Dia merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk yang tidak bisa dia bangunkan.
Paranoia semakin menguasainya. Dia merasa seperti ada yang mengawasinya, sesuatu yang tidak berwujud tapi sangat nyata. Jantungnya berdebar kencang, dan setiap suara kecil membuatnya terkejut. Dia merasa seperti tidak bisa tinggal di kamar ini lebih lama lagi, tapi dia tidak tahu harus pergi ke mana.
Dinda merunduk di sudut kamar, mencoba untuk melindungi dirinya sendiri dari sesuatu yang tidak bisa dia lihat. Bisikan-bisikan itu terus mengganggunya, dan bau busuk itu semakin menyengat. Dia merasa seperti dia tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Malam itu, ketakutan Dinda mencapai puncaknya, dan paranoia itu tidak akan pernah hilang.

Si Bodoh yang Jenius
Jojo, cowok pintar yang sombong, awalnya menertawakan Maria, siswi baru cantik keturunan Chinese yang bodoh dalam pelajaran. Namun setelah dipasangkan untuk belajar bersama, Jojo perlahan kagum dengan kerja keras Maria. Maria yang dulunya selalu gagal, kini semakin berkembang berkat bimbingan Jojo. Senyuman dan semangat Maria membuat hati Jojo goyah. Semakin lama, Maria tidak hanya belajar dengan baik, tapi juga menanjak pesat hingga membuat Jojo terancam. Dari hubungan guru–murid kecil-kecilan, hubungan mereka berkembang menjadi persahabatan hangat yang penuh ketegangan batin karena persaingan.
read more
Lolongan Terakhir di Hutan Kelam
Di sebuah desa terpencil dekat hutan, serangkaian kematian brutal terjadi. Hewan ternak dan manusia ditemukan tewas dengan tubuh tercabik. Arman, seorang pemuda desa, mulai menemukan bahwa keluarganya terikat kutukan manusia serigala. Saat ayahnya berubah menjadi monster, rahasia kelam keluarga terkuak. Arman harus melawan bukan hanya ayahnya, tapi juga roh serigala purba yang berusaha mengambil alih tubuhnya. Dengan pisau bulan, ia berusaha menghentikan kutukan, namun setiap langkah justru menyeretnya semakin dalam ke dalam kegelapan.
read more
Sehabis Mencintai, Aku Belajar Melepaskan
Kisah Rania bermula dari cinta yang begitu dalam, namun meninggalkan luka yang menghancurkan. Ia berusaha bangkit di tengah kebingungan, dihadapkan pada pilihan antara Adi—cinta lama yang kembali meminta kesempatan—dan Damar, sahabat yang tulus namun diam-diam mencintainya. Di perjalanan, Rania menemukan bahwa hidup bukan hanya tentang bertahan pada kenangan, tapi juga berani membuka pintu baru. Apakah Rania akan memilih cinta yang pernah menyakitinya, atau cinta baru yang penuh ketenangan?
read more
Primadona Mengejar Pecundang
Dita, primadona dan peringkat pertama SMA Permata Kasih, awalnya menganggap Zeno sebagai siswa bodoh tak berguna. Namun saat melihat keteguhan dan potensi tersembunyi Zeno, ia justru berbalik jatuh hati dan bertekad membimbingnya. Tak disangka, Zeno bukan hanya menyusulnya, tapi mengalahkannya—baik dalam pelajaran, maupun dalam permainan perasaan......
read more
Bukan Untuk Kita Bertiga
Rani, Dira, dan Aldo bersahabat sejak kuliah. Namun semuanya mulai berubah saat Rani diam-diam jatuh cinta pada Aldo, yang ternyata memiliki perasaan pada Dira. Dira, yang menyadari hal itu, mencoba menjauh demi menjaga persahabatan mereka, tapi justru menyebabkan konflik batin yang lebih besar. Kisah ini menggambarkan cinta yang tidak bisa dimiliki tanpa menghancurkan sesuatu yang lain.
read more
Bukan Gamon
Vira baru saja putus dari Hamdan dan merasa dunia runtuh. Ia gagal move on, hingga Hadnyan—teman mantan yang dikenal cuek dan introvert—tiba-tiba muncul dalam hidupnya. Sifat Hadnyan yang suka jahil tapi tidak pernah benar-benar hadir membuat Vira bimbang: nyaman, tapi terluka. Siklus hadir-menghilang Hadnyan membuat Vira kelelahan secara emosional, hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi. Namun, Hadnyan yang selama ini diam mulai berubah. Perasaan mulai jujur disampaikan, luka mulai diobati.
read more