Dari Cupu ke Suhu
Chapter 1 : Dari Cupu ke Suhu
Cerita dimulai dengan memperkenalkan Gerald dan Veni. Gerald adalah seorang siswa kelas 11 yang selalu mendapat nilai bagus di sekolah. Dia suka membaca buku-buku ilmu pengetahuan dan fiksi ilmiah. Dia tidak punya banyak teman karena dia pemalu dan tidak percaya diri. Dia diam-diam menyukai Lala, cewek paling populer di sekolah. Lala adalah seorang siswa kelas 12 yang selalu mendapat perhatian dari semua orang. Dia cantik, ramah, sopan, dan baik hati. Dia juga pintar dalam pelajaran dan olahraga. Dia pacaran dengan Zeno, cowo paling ganteng di sekolah. Zeno adalah seorang siswa kelas 12 yang selalu mendapat masalah di sekolah. Dia nakal, kasar, sombong, dan egois. Dia sering membully siswa-siswa lain, termasuk Gerald. Dia juga sering selingkuh dengan cewek-cewek lain di belakang Lala.
Suatu hari, Gerald sedang membaca buku favoritnya di perpustakaan saat dia melihat Lala masuk. Dia langsung merasa deg-degan dan bersembunyi di balik rak buku. Dia mengintip Lala dari celah-celah buku dan melihat Lala sedang mencari sesuatu di rak buku lainnya. Gerald ingin sekali mendekati Lala dan berbicara dengannya, tapi dia tidak berani. Dia hanya bisa memandangi Lala dari jauh dengan penuh kagum.
Sementara itu, Veni sedang berjalan-jalan di koridor sekolah saat dia melihat Zeno keluar dari kelas bersama seorang cewek yang tidak dikenalnya. Veni merasa curiga dan mengikuti mereka dari belakang. Dia melihat Zeno dan cewek itu masuk ke kamar mandi cowo. Veni merasa marah dan sakit hati. Dia berlari ke kamar mandi cewek dan menangis.
Sarah yang kebetulan lewat melihat Veni masuk ke kamar mandi cewek dengan wajah sedih. Sarah mengenal Veni sebagai temannya sejak SD. Mereka selalu bersama-sama dalam segala hal. Sarah merasa khawatir dan mengikuti Veni ke kamar mandi cewek. Dia menemukan Veni sedang menangis di salah satu bilik.
“Veni, ada apa? Kenapa kamu nangis?” tanya Sarah dengan perhatian.
“Sarah… Zeno… Zeno selingkuh…” jawab Veni dengan terisak-isak.
“Apa? Serius? Siapa ceweknya?” tanya Sarah dengan kaget.
“Aku nggak tahu… Aku lihat dia keluar dari kelas sama cewek itu… Terus mereka masuk ke kamar mandi cowo…” cerita Veni dengan sedih.
“Ya ampun… Zeno itu memang brengsek… Kamu harus putus sama dia… Kamu nggak pantas sama dia…” kata Sarah dengan marah.
“Tapi aku sayang sama dia… Aku udah pacaran sama dia sejak SMP… Aku nggak bisa ninggalin dia…” kata Veni dengan ragu.
“Veni… Kamu harus sadar… Zeno itu nggak sayang sama kamu… Dia cuma manfaatin kamu… Kamu harus cari cowo yang lebih baik… Cowo yang sayang sama kamu… Cowo yang setia sama kamu…” kata Sarah dengan tegas.
“Kamu tahu nggak ada cowo seperti itu di sekolah ini… Semua cowo di sini sama aja… Nggak ada yang peduli sama aku…” kata Veni dengan putus asa.
“Ada kok… Kamu cuma belum ketemu aja… Kamu harus lebih terbuka… Kamu harus lebih berani… Kamu harus lebih percaya diri…” kata Sarah dengan semangat.
“Sarah… Kamu ngomong apa sih? Kamu nggak ngerti perasaanku…” kata Veni dengan kesal.
“Veni… Aku cuma mau bantu kamu… Aku cuma mau kamu bahagia… Aku punya ide nih… Gimana kalau kita bikin Zeno cemburu? Gimana kalau kita bikin Zeno menyesal udah selingkuh dari kamu?” kata Sarah dengan cerdik.
“Kamu mau gimana?” tanya Veni dengan penasaran.
“Kamu harus cari cowo lain yang bisa bikin Zeno cemburu… Cowo yang bisa bikin Zeno kalah ganteng, kalah pintar, kalah populer…” kata Sarah dengan senyum licik.
“Kamu tahu nggak ada cowo seperti itu di sekolah ini…” kata Veni dengan skeptis.
“Ada kok… Kamu cuma belum lihat aja… Kamu harus lihat cowo ini…” kata Sarah sambil mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto Gerald yang dia ambil diam-diam saat Gerald sedang membaca buku di perpustakaan.
“Siapa itu?” tanya Veni dengan bingung.
“Itu Gerald… Siswa kelas 11 yang pinter banget… Dia selalu dapet nilai bagus di sekolah… Dia suka baca buku-buku ilmu pengetahuan dan fiksi ilmiah… Dia juga suka sama Lala…” kata Sarah dengan antusias.
“Gerald? Aku nggak pernah denger nama itu… Dia terlihat cupu banget… Dia nggak punya teman ya? Dia nggak punya pacar ya? Dia nggak punya hidup ya?” tanya Veni dengan sinis.
“Justru itu dia… Dia cupu banget… Tapi dia punya potensi besar… Dia bisa berubah jadi macho kalau kita bantu dia…” kata Sarah dengan yakin.
“Kita bantu dia? Maksudnya?” tanya Veni dengan heran.
“Kita bisa merubah penampilan dia… Kita bisa ajari dia cara berpakaian yang keren, cara berbicara yang percaya diri, cara bersosialisasi yang menyenangkan, cara berolahraga yang sehat, cara mendekati cewek yang romantis…” kata Sarah dengan bersemangat.
“Kamu serius? Kamu mau ngelakuin semua itu buat cowo cupu itu?” tanya Veni dengan takjub.
“Iya dong… Aku mau lihat reaksi Zeno saat dia lihat Gerald jadi ganteng dan populer… Aku mau lihat reaksi Lala saat dia lihat Gerald jadi perhatian semua orang… Aku mau lihat reaksi kamu saat kamu lihat Gerald jadi cowo idaman kamu…” kata Sarah dengan penuh harapan.
“Aku? Cowo idaman aku? Kamu nggak salah denger?” tanya Veni dengan kaget.
“Veni… Percaya deh sama aku… Gerald itu cowo yang baik dan setia… Gerald itu cowo yang sayang dan peduli sama kamu… Gerald itu cowo yang cocok buat kamu…” kata Sarah dengan meyakinkan.
“Sarah… Kamu gila ya? Kamu nggak sadar apa yang kamu omongin?” kata Veni dengan kesal.
“Veni… Ayo deh coba aja… Kamu nggak rugi kok… Kamu cuma perlu pura-pura pacaran sama Gerald selama beberapa minggu aja sampai Zeno cemburu dan minta balikan sama kamu. Terus kamu tolak Zeno dan putus sama Gerald. Gampang kan?” kata Sarah dengan santai.
"Gampang? Itu susah banget! Aku nggak bisa pacaran sama cowo cupu kayak Gerald! Aku malu banget! Aku nggak bisa pura-pura suka sama dia
“Veni… Kamu nggak usah malu… Kamu nggak usah takut… Kamu nggak usah ragu… Kamu cuma perlu berani mencoba hal baru… Kamu cuma perlu berani mengambil resiko… Kamu cuma perlu berani mengubah nasib kamu…” kata Sarah dengan meyakinkan.
“Sarah… Aku nggak tahu deh… Aku masih bingung… Aku masih takut…” kata Veni dengan bimbang.
“Veni… Aku janji deh… Aku bakal bantu kamu sebisa mungkin… Aku bakal dukung kamu sepenuhnya… Aku bakal temenin kamu selama ini…” kata Sarah dengan bersungguh-sungguh.
“Sarah… Kamu yakin nih? Kamu nggak bakal nyesel?” tanya Veni dengan ragu.
“Veni… Aku yakin banget… Aku nggak bakal nyesel… Aku cuma mau lihat kamu bahagia…” kata Sarah dengan tulus.
“Sarah… Kamu temen terbaik aku deh… Baiklah… Aku setuju…” kata Veni dengan pasrah.
“Veni… Kamu hebat deh… Aku bangga sama kamu…” kata Sarah dengan senang.
“Sarah… Makasih ya udah peduli sama aku…” kata Veni dengan terharu.
“Veni… Sama-sama ya… Oke, sekarang kita harus mulai rencana kita. Pertama, kita harus kenalan sama Gerald. Kedua, kita harus ajak dia jalan-jalan. Ketiga, kita harus merubah penampilan dia. Keempat, kita harus pacaran sama dia. Kelima, kita harus bikin Zeno cemburu. Keenam, kita harus putus sama Gerald. Ketujuh, kita harus bahagia. Gimana? Mudah kan?” kata Sarah dengan ceria.
“Sarah… Itu nggak mudah sama sekali! Itu susah banget! Itu gila banget!” kata Veni dengan panik.
“Veni… Tenang aja… Kamu nggak sendirian kok. Aku ada di sini buat kamu. Kita bisa kok. Kita pasti bisa. Kita harus bisa!” kata Sarah dengan optimis.
“Sarah… Oke deh. Ayo kita mulai rencana kita. Tapi jangan lupa ya, ini cuma pura-pura aja. Jangan sampai kita beneran suka sama Gerald. Jangan sampai kita beneran sakit hati saat putus sama Gerald. Jangan sampai kita beneran menyesal udah ngelakuin ini semua…” kata Veni dengan serius.
“Veni… Iya deh. Jangan khawatir ya. Ini cuma pura-pura aja. Jangan sampai kita beneran suka sama Gerald. Jangan sampai kita beneran sakit hati saat putus sama Gerald. Jangan sampai kita beneran menyesal udah ngelakuin ini semua…” kata Sarah dengan setuju.
Mereka berdua pun keluar dari kamar mandi cewek dan berjalan menuju perpustakaan untuk mencari Gerald. Mereka tidak menyadari bahwa mereka sedang memulai sebuah petualangan cinta yang penuh kejutan, kebohongan, kebingungan, kesedihan, kebahagiaan, dan keajaiban.
Akhir cerita: Veni suka dengan Gerald
Setelah beberapa minggu menjalani rencana mereka, Veni dan Gerald berhasil merubah penampilan dan kepribadian mereka menjadi lebih baik. Veni menjadi lebih percaya diri dan mandiri. Gerald menjadi lebih ganteng dan populer. Mereka juga berhasil membuat Zeno cemburu dan minta balikan dengan Veni. Namun, Veni menolak Zeno dan memilih untuk tetap bersama Gerald.
Veni dan Gerald pun pacaran secara resmi dan menjadi pasangan yang serasi dan harmonis. Mereka sering jalan-jalan bersama, belajar bersama, bercanda bersama, dan berciuman bersama. Mereka saling mengerti, saling mendukung, saling menghargai, dan saling mencintai.
Namun, ada satu masalah yang mengganggu mereka. Mereka tidak pernah mengaku bahwa mereka sebenarnya pura-pura pacaran demi membuat Zeno cemburu. Mereka tidak pernah mengaku bahwa mereka sebenarnya suka dengan orang lain sebelumnya. Mereka tidak pernah mengaku bahwa mereka sebenarnya bingung dengan perasaan mereka sekarang.
Veni masih merasa bersalah dengan Lala karena merebut pacarnya. Veni masih merasa benci dengan Zeno karena menyakiti hatinya. Veni masih merasa ragu dengan Gerald karena tidak tahu apakah dia benar-benar mencintainya.
Gerald masih merasa canggung dengan Veni karena tidak tahu bagaimana cara memperlakukannya. Gerald masih merasa sayang dengan Lala karena sudah lama menyukainya. Gerald masih merasa takut dengan Zeno karena tidak tahu apakah dia akan membalas dendamnya.
Mereka berdua pun hidup dalam ketidakpastian dan ketegangan. Mereka berdua pun berpura-pura bahagia di depan orang lain, tapi sebenarnya sedih di dalam hati.
Suatu hari, Sarah mengajak Veni dan Gerald untuk makan siang bersama di kantin sekolah. Sarah ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan mereka. Sarah ingin mengakhiri rencana mereka yang sudah berjalan terlalu lama.
“Veni… Gerald… Aku mau ngomong sesuatu sama kalian…” kata Sarah dengan serius.
“Ada apa, Sarah?” tanya Veni dan Gerald bersamaan.
“Kalian berdua udah pacaran berapa lama?” tanya Sarah.
“Uh… Kurang lebih dua bulan…” jawab Veni dan Gerald bersamaan.
“Dua bulan? Wow… Itu lama banget… Kalian berdua udah ngapain aja?” tanya Sarah.
“Uh… Biasa aja… Jalan-jalan, belajar, bercanda, berciuman…” jawab Veni dan Gerald bersamaan.
“Berciuman? Wow… Itu seru banget… Kalian berdua udah ngelakuin hal lain yang lebih seru?” tanya Sarah.
“Uh… Nggak… Nggak ada…” jawab Veni dan Gerald bersamaan.
“Nggak ada? Kok nggak ada? Kalian berdua nggak mau?” tanya Sarah.
“Uh… Nggak… Nggak gitu…” jawab Veni dan Gerald bersamaan.
“Lalu apa?” tanya Sarah.
“Uh… Nggak tau…” jawab Veni dan Gerald bersamaan.
“Kalian berdua nggak tau? Kok bisa?” tanya Sarah.
“Uh… Nggak tau…” jawab Veni dan Gerald bersamaan.
Sarah melihat wajah Veni dan Gerald yang tampak bingung dan gelisah. Sarah menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dengan mereka. Sarah menyadari bahwa mereka berdua tidak bahagia dengan hubungan mereka. Sarah menyadari bahwa mereka berdua tidak jujur dengan diri mereka sendiri.
“Veni… Gerald… Aku mau tanya sesuatu yang penting sama kalian…” kata Sarah dengan serius.
“Apa?” tanya Veni dan Gerald bersamaan.
“Kalian berdua suka sama siapa?” tanya Sarah.
“Kalian berdua suka sama siapa?” tanya Sarah dengan serius.
Veni dan Gerald saling pandang dengan rasa bingung dan gugup. Mereka berdua tidak tahu harus menjawab apa. Mereka berdua tidak tahu harus mengaku apa. Mereka berdua tidak tahu harus berbuat apa.
“Sarah… Aku… Aku suka sama…” kata Veni dengan ragu.
“Gerald… Aku… Aku suka sama…” kata Gerald dengan ragu.
“Kalian berdua suka sama siapa?” tanya Sarah lagi dengan penekanan.
“Sarah… Aku suka sama Zeno…” kata Veni dengan jujur.
“Sarah… Aku suka sama Lala…” kata Gerald dengan jujur.
Sarah mendengar jawaban Veni dan Gerald dengan rasa kecewa dan sedih. Sarah menyadari bahwa mereka berdua masih menyimpan perasaan lama mereka. Sarah menyadari bahwa mereka berdua masih terikat dengan masa lalu mereka. Sarah menyadari bahwa mereka berdua masih belum bisa melupakan orang yang pernah menyakiti hati mereka.
“Veni… Gerald… Aku ngerti kok… Aku ngerti banget… Aku ngerti perasaan kalian… Tapi kalian harus tau nih… Kalian harus tau sesuatu yang penting banget…” kata Sarah dengan serius.
“Apa itu, Sarah?” tanya Veni dan Gerald bersamaan.
“Kalian harus tau bahwa kalian berdua udah pacaran selama dua bulan… Kalian harus tau bahwa kalian berdua udah ngelakuin banyak hal bersama… Kalian harus tau bahwa kalian berdua udah merubah banyak hal dalam diri kalian… Kalian harus tau bahwa kalian berdua udah saling mengenal lebih dalam… Kalian harus tau bahwa kalian berdua udah saling mempercayai lebih erat… Kalian harus tau bahwa kalian berdua udah saling mencintai lebih kuat…” kata Sarah dengan meyakinkan.
“Sarah… Apa maksudmu?” tanya Veni dan Gerald bersamaan.
“Maksudku adalah… Kalian berdua udah jadi pasangan yang cocok dan harmonis… Kalian berdua udah jadi pasangan yang serasi dan bahagia… Kalian berdua udah jadi pasangan yang saling mengerti, saling mendukung, saling menghargai, dan saling mencintai…” kata Sarah dengan tegas.
“Sarah… Tapi aku masih suka sama Zeno…” kata Veni dengan bimbang.
“Sarah… Tapi aku masih suka sama Lala…” kata Gerald dengan bimbang.
“Veni… Gerald… Kalian harus sadar nih ya… Kalian harus sadar bahwa Zeno dan Lala itu nggak sayang sama kalian… Kalian harus sadar bahwa Zeno dan Lala itu nggak peduli sama kalian… Kalian harus sadar bahwa Zeno dan Lala itu nggak pantas sama kalian…” kata Sarah dengan keras.
“Sarah… Tapi aku masih sayang sama Zeno…” kata Veni dengan sedih.
“Sarah… Tapi aku masih sayang sama Lala…” kata Gerald dengan sedih.
“Veni… Gerald… Kalian harus buka mata nih ya… Kalian harus buka hati nih ya… Kalian harus buka pikiran nih ya…” kata Sarah dengan sabar.
“Sarah… Apa yang harus aku lakukan?” tanya Veni dengan putus asa.
“Sarah… Apa yang harus aku lakukan?” tanya Gerald dengan putus asa.
“Kalian berdua harus lakukan ini nih ya…” kata Sarah dengan semangat.
“Apa itu?” tanya Veni dan Gerald bersamaan.
“Kalian berdua harus putuskan masa depan kalian sendiri. Kalian berdua harus pilih jalan hidup kalian sendiri. Kalian berdua harus tentukan nasib cinta kalian sendiri. Kalian berdua harus cari kebahagiaan kalian sendiri. Kalian berdua harus temukan cinta sejati kalian sendiri. Kalian berdua harus buktikan cinta sejati kalian sendiri. Kalian berdua harus tunjukkan cinta sejati kalian sendiri. Kalian berdua harus rasakan cinta sejati kalian sendiri. Kalian berdua harus nikmati cinta sejati kalian sendiri. Karena cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah menyakiti hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah mengkhianati hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah meninggalkan hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah melupakan hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah mengecewakan hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah mempermainkan hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah memanfaatkan hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membohongi hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah memfitnah hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah memusuhi hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas dendam hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas budi hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas kasih hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas cinta hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas benci hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas sakit hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas luka hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas air mata hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas senyum hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas tawa hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas suara hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas kata-kata hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas janji-janji hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas sumpah-sumpah hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas doa-doa hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas harapan-harapan hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas impian-impian hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas keinginan-keinginan hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas kebutuhan-kebutuhan hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas kekurangan-kekurangan hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas kelebihan-kelebihan hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas kelemahan-kelemahan hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas kekuatan-kekuatan hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas keberanian-keberanian hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas ketakutan-ketakutan hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas kesedihan-kesedihan hati kalian. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah membalas kebahagiaan-kebahagiaan hati kalian.” kata Sarah dengan panjang lebar.
Veni dan Gerald mendengarkan kata-kata Sarah dengan rasa terpesona dan terinspirasi. Mereka berdua merasa tersentuh dan tergugah oleh kata-kata Sarah. Mereka berdua merasa terbuka dan terbebas oleh kata-kata Sarah.
Sarah… Kamu benar. Cinta sejati itu bukan tentang siapa yang pernah menyakiti hati kalian. Cinta sejati itu adalah tentang siapa yang sekarang menyembuhkan hati kalian. Cinta sejati itu adalah tentang siapa yang sekarang melindungi hati kalian. Cinta sejati itu adalah tentang siapa yang sekarang mengisi hati kalian. Cinta sejati itu adalah tentang siapa yang sekarang membuat hati kalian berdetak lebih kencang. Cinta sejati itu adalah tentang siapa yang sekarang membuat hati kalian berbunga-bunga. Cinta sejati itu adalah tentang siapa yang sekarang membuat hati kalian bersinar-sinar. Cinta sejati itu adalah tentang siapa yang sekarang membuat hati kalian berwarna-warni. Cinta sejati itu adalah tentang siapa yang sekarang membuat hati kalian berbahagia.
Veni… Gerald… Kalian harus tau nih ya… Kalian harus tau bahwa orang yang sekarang menyembuhkan, melindungi, mengisi, membuat, dan membahagiakan hati kalian itu adalah kalian berdua sendiri. Kalian berdua adalah cinta sejati satu sama lain. Kalian berdua adalah pasangan yang sempurna satu sama lain. Kalian berdua adalah jiwa yang terhubung satu sama lain. Kalian berdua adalah hati yang terikat satu sama lain.
Veni… Gerald… Aku mau bilang sesuatu yang penting banget sama kalian…" kata Sarah dengan serius.
“Apa itu, Sarah?” tanya Veni dan Gerald bersamaan.
“Kalian berdua harus akui nih ya… Kalian berdua harus akui bahwa kalian berdua udah pacaran selama dua bulan bukan karena pura-pura. Kalian berdua harus akui bahwa kalian berdua udah pacaran selama dua bulan karena cinta. Kalian berdua harus akui bahwa kalian berdua udah pacaran selama dua bulan karena cinta sejati…” kata Sarah dengan tegas.
“Sarah… Apa maksudmu?” tanya Veni dan Gerald bersamaan.
“Maksudku adalah… Kalian berdua udah pacaran selama dua bulan bukan karena aku suruh. Kalian berdua udah pacaran selama dua bulan bukan karena aku paksa. Kalian berdua udah pacaran selama dua bulan bukan karena aku rencanain. Kalian berdua udah pacaran selama dua bulan bukan karena aku bantu. Kalian berdua udah pacaran selama dua bulan bukan karena aku dukung. Kalian berdua udah pacaran selama dua bulan bukan karena aku temenin. Kalian berdua udah pacaran selama dua bulan bukan karena aku ikut campur…” kata Sarah dengan jelas.
“Sarah… Lalu karena apa?” tanya Veni dan Gerald bersamaan.
“Karena kalian berdua udah pacaran selama dua bulan karena kalian mau. Karena kalian berdua udah pacaran selama dua bulan karena kalian bisa. Karena kalian berdua udah pacaran selama dua bulan karena kalian pasti. Karena kalian berdua udah pacaran selama dua bulan karena kalian harus. Karena kalian berdua udah pacaran selama dua bulan karena kalian cinta…” kata Sarah dengan mantap.
“Sarah… Kamu yakin?” tanya Veni dan Gerald bersamaan.
“Yakin banget… Aku yakin banget bahwa kalian berdua cinta sama-sama…” kata Sarah dengan yakin.
“Sarah… Bagaimana kamu tahu?” tanya Veni dan Gerald bersamaan.
“Aku tahu dari cara kalian pandang satu sama lain. Aku tahu dari cara kalian senyum satu sama lain. Aku tahu dari cara kalian bicara satu sama lain. Aku tahu dari cara kalian sentuh satu sama lain. Aku tahu dari cara kalian peluk satu sama lain. Aku tahu dari cara kalian cium satu sama lain…” kata Sarah dengan detail.
“Sarah… Kamu ngeliat semua itu?” tanya Veni dan Gerald bersamaan.
“Iya dong… Aku ngeliat semua itu dari awal sampai akhir… Aku ngeliat semua itu dari dekat sampai jauh… Aku ngeliat semua itu dari samping sampai depan… Aku ngeliat semua itu dari atas sampai bawah… Aku ngeliat semua itu dari kiri sampai kanan… Aku ngeliat semua itu dari dalam sampai luar…” kata Sarah dengan gamblang.
“Sarah… Kamu nggak salah lihat?” tanya Veni dan Gerald bersamaan.
“Nggak salah lihat kok… Aku nggak pernah salah lihat… Aku nggak mungkin salah lihat… Aku nggak boleh salah lihat… Aku nggak mau salah lihat…” kata Sarah dengan tegas.
“Sarah… Kenapa kamu nggak mau salah lihat?” tanya Veni dan Gerald bersamaan.
“Karena aku nggak mau kalian salah paham. Karena aku nggak mau kalian salah langkah. Karena aku nggak mau kalian salah jalan. Karena aku nggak mau kalian salah hidup. Karena aku nggak mau kalian salah cinta…” kata Sarah dengan tulus.
“Sarah… Kamu baik banget…” kata Veni dan Gerald bersamaan.
“Kamu temen terbaik kami…” kata Veni dan Gerald bersamaan.
“Kamu sahabat sejati kami…” kata Veni dan Gerald bersamaan.
“Kamu keluarga kami…” kata Veni dan Gerald bersamaan.
“Veni… Gerald… Kamu juga baik banget…” kata Sarah dengan senang.
“Kamu juga temen terbaik aku…” kata Sarah dengan senang.
“Kamu juga sahabat sejati aku…” kata Sarah dengan senang.
“Kamu juga keluarga aku…” kata Sarah dengan senang.
Mereka berdua pun memeluk Sarah dengan erat dan mengucapkan terima kasih padanya. Mereka berdua pun menyadari bahwa Sarah adalah orang yang telah membawa mereka bersama. Mereka berdua pun menyadari bahwa Sarah adalah orang yang telah membantu mereka berubah. Mereka berdua pun menyadari bahwa Sarah adalah orang yang telah memberi mereka cinta sejati.
Veni dan Gerald pun saling pandang dengan rasa cinta dan sayang. Mereka berdua pun saling tersenyum dengan rasa bahagia dan lega. Mereka berdua pun saling menggenggam tangan dengan rasa kuat dan erat. Mereka berdua pun saling mendekatkan wajah dengan rasa lembut dan lembut. Mereka berdua pun saling mengecup bibir dengan rasa manis dan manis.
Mereka berdua pun mengucapkan “Aku cinta kamu” satu sama lain dengan rasa tulus dan tulus. Mereka berdua pun merasakan “Aku cinta kamu” satu sama lain dengan rasa dalam dan dalam. Mereka berdua pun membuktikan “Aku cinta kamu” satu sama lain dengan rasa nyata dan nyata.
Mereka berdua pun akhirnya menemukan cinta sejati mereka sendiri. Mereka berdua pun akhirnya menikmati cinta sejati mereka sendiri. Mereka berdua pun akhirnya bahagia dengan cinta sejati mereka sendiri.
Primadona Vs Pembuat Onar
Dewi, seorang siswi teladan yang dikenal sebagai primadona di sekolah, memulai tahun ajaran barunya dengan penuh semangat. Di balik senyum cerianya, Dewi menyimpan kekhawatiran akan tantangan yang mungkin akan ia hadapi. Segalanya berubah ketika Agam, siswa baru yang terkenal nakal dan pemberontak, masuk ke kelasnya. Kehadiran Agam membawa warna baru dalam kehidupan Dewi yang teratur, menguji kesabarannya, dan perlahan-lahan mengungkap sisi lain dari dirinya yang selama ini tersembunyi. Novel ini menggali konflik batin antara kebaikan dan pemberontakan, serta bagaimana pertemuan antara dua karakter yang bertolak belakang ini mengubah perspektif mereka tentang sekolah, persahabatan, dan kehidupan.
read morePertemanan di Sekolah
Di balik dinding sekolah yang terlihat tenang, kisah persahabatan Elanie dan teman-temannya penuh dengan warna dan dinamika yang memikat. Elanie, seorang siswi yang cerdas dan penuh semangat, selalu berusaha untuk menyeimbangkan kehidupan akademis dan sosialnya. Namun, di balik senyum manis dan tawa riang, banyak intrik dan konflik yang terjadi, membuat perjalanan pertemanan ini menjadi lebih kompleks dan menarik.
read moreLensa dan Gitar
Kisah tentang seorang fotografer yang secara tak sengaja mengabadikan momen musisi jalanan yang memukau
read morePengorbanan Cinta di Bawah Cahaya Rembulan
Maya, seorang wanita muda berusia 28 tahun, adalah seorang seniman yang hidup di kota besar. Dia memiliki kepribadian yang ramah, penyayang, dan memiliki impian untuk menemukan cinta sejatinya. Di sisi lain, Reza, seorang pria berusia 30 tahun, adalah seorang pebisnis yang tangguh namun memiliki sisi romantis yang dalam. Dia juga mengalami masa sulit dalam hubungan sebelumnya.
read moreKetika Cinta Memenangkan Permainan
Permainan ketertarikan dan mengungkapkan rahasia yang mengubah segalanya
read moreDari Cupu ke Suhu
Gerald adalah seorang siswa SMA yang cupu, kutu buku, tidak terkenal, lembut, suka membaca, dan suka dengan Lala. Lala adalah seorang cewek cantik, berbicara lemah lembut, pacar Zeno, dan suka balas dendam. Zeno adalah seorang anak nakal, pacar Lala, suka membully, bicara kasar, dan suka seenaknya. Beni dan James adalah teman-teman Zeno yang juga nakal. Sarah adalah cewek cantik, teman baik Lala, tempat curhat Lala, dan pintar.
read moreDiary Diet Cinta
Cerita ini mengikuti perjuangan seorang gadis yang memulai diet untuk menarik perhatian cowok idamannya di sekolah. Namun, seiring berjalannya waktu, dia malah menemukan cinta yang tulus dalam persahabatan dengan seorang teman dekatnya. Cerita ini menggambarkan bagaimana perjalanan cinta bisa mengubah prioritas seseorang dan mengungkapkan keindahan yang tak terduga dalam hubungan persahabatan.
read moreTerkutuk di Rumah Berhantu: Misteri Malam yang Tak Berujung
Menceritakan tentang 5 orang anak yang bermain - main dengan rumah hantu
read more